close× Telp +62 761 45505
close×

Pemprov Riau Adakan Lokakarya Nasional Pencegahan Karhutla

Jum'at, 25 Okt 2019 | 1709 kali dilihat

PEKANBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mengadakan Lokakarya Nasional dengan tema "Model Pencegahan Kebakaran Hutan dan lahan (Karhutla) dan Restorasi Gambut berbasis Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Asap", di Novotel Hotel Pekanbaru, Kamis (24/10/2019)

Acara ini di laksanakan atas kerja sama antara Pemerintah Provinsi Riau dengan Center for International Forestry Research (CIFOR), Pusat Studi Bencana Universitas Riau, Commonwealth Scientific and Industrial, dan Research Organisation (CSIRO), Dengan dukungan dari Temasek Foundation dan Singapore Cooperation Enterprise.

Dalam kata sambutanya Ketua Tim CIFOR, Prof. Dr. Herry Purnomo mengatakan bahwa di Provinsi Riau, misalnya, selama 1 Januari sampai 18 Februari 2019, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kebakaran meluas mencapai 843 hektar, CIFOR melakukan riset aksi partisipatif untuk pencegahan kebakaran dan restorasi gambut dengan fokus ujicoba lapangan di Kabupaten Bengkalis.

Lebih lanjut ia mengungkapkan akan melaksanakan PAR (Participatory Action Research) dengan mengakomodir beberapa tahapan berulang sebagai berikut:

Pertama, Reflection. Yakni refleksi dari praktik-praktik terbaik berbasis komunitas terkait dengan pencegahan kebakaran dan restorasi, termasuk studi dasar.

Kedua, Planning. Yaitu perencanaan metode kegiatan (misalnya metode penyiapan lahan), tanaman-tanaman, model bisnis berkelanjutan, rencana dan jadwal kegiatan, dan sebagainya,

Ketiga, Action. Ialah aksi atau implementasi kegiatan di Desa Dompas, misalnya pembangunan sekat kanal, penanaman kembali lahan gambut yang rusak dan terbuka, dan sebagainya.

Keempat, Monitoring. Adalah pemantauan aspek biofisik dan perubahan perilaku melalui Theory of Change (ToC).

"Kemudian kami akan mendiseminasikan hasil-hasil riset pada workshop di tingkat nasional maupun sub-nasional" Ungkapnya.

Ujicoba lapangan, lanjutnya, akan difokuskan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Namun riset dan diseminasi juga akan berlangsung di kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Riau.

Provinsi Riau, katanya, dipilih untuk riset ini karena Riau merupakan provinsi di Indonesia yang seringkali mengalami kebakaran hutan dan lahan. Riau telah mengalami konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang masif dan Riau merupakan provinsi dengan lahan sawit terbesar di Indonesia.

"Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu daerah dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan yang tinggi. 4 dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis tergolong rawan kebakaran dengan 33 desa rawan kebakaran. Disamping itu, Bengkalis mempunyai sebaran gambut yang luas dengan hampir 14% kawasan hidrologis gambut Provinsi Riau berada di Kabupaten Bengkalis," jelasnya.

CIFOR dan Pusat Studi Bencana Universitas Riau melalui pendanaan dari Temasek Foundation International dan Singapore Cooperation Enterprise telah mengembangkan model-model berbasis masyarakat.

Dengan fokus pencegahan kebakaran, restorasi gambut, dan pengembangan mata pencaharian, CIFOR dan PSB UNRI memfasilitasi masyarakat lokal untuk mengembangkan model bisnis berkelanjutan pada 7 arena aksi dengan total luasan 11,1 hektar.

"Arena-arena aksi ini berada pada tiga jenis lahan dan dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat. Beberapa diantaranya adalah kelompok tani wanita, kelompok keluarga petani, dan Masyarakat Peduli Api (MPA). Kelompok-kelompok masyarakat ini mengembangkan dan mengimplementasikan model bisnis wanatani maupun ekowisata pada arena-arena aksi yang dikelolanya" katanya.

Kepala Tim CSIRO Daniel mengatakan bahwa sebagai mitra pendukung program, pihaknya juga telah melaksanakan riset di Provinsi Riau untuk memahami motivasi di balik dan faktor yang memengaruhi perilaku pengunaan api dan pencegahan kebakaran.

Lebih lanjut ia menjelaskan, wawancara terstruktur dan survei dilaksanakan di Kabupaten Pelalawan, Siak, dan Bengkalis untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan api pada saat ini dan masa lalu atau keputusan untuk berhenti menggunakan api di dalam maupun di luar desanya.

Riset yang telah dilakukan pihaknya ini,  ungkap Daniel, bertujuan untuk menguji bagaimana nilai dan kepercayaan manusia memengaruhi keputusannya.

Pada saat yang bersamaan mengeksplorasi efektifitas elemen-elemen program pencegahan kebakaran dalam perubahan perilaku masyarakat," terangnya.

Upaya-upaya pencegahan kebakaran dan restorasi gambut yang ada, perlu difokus pada peningkatan partisipasi dan perubahan perilaku masyarakat. Pengembangan model-model ini merupakan salah satu bentuk fasilitasi perubahan perilaku masyarakat yang ramah gambut dan berkelanjutan agar kebakaran hutan dan lahan tidak terjadi di tahun-tahun mendatang.

"Model berbasis masyarakat yang telah dikembangkan ini, merupakan bentuk dukungan dan kontribusi pada berbagai macam program kerja di tingkat daerah, misalnya Riau Hijau, maupun nasional seperti restorasi gambut dan realisasi grand design pencegahan kebakaran hutan dan lahan," tutupnya. (MCR/Afq)