close× Telp +62 761 45505
close×

Index Berita

Terbesar Nomor Dua Penyebab Beban Disabilitas Akibat Penyakit, Dinkes Riau Adakan Pelatihan Deteksi Dini Gangguan Jiwa Bagi Dokter Dan Perawat Puskesmas.

Politik dan PemerintahanShort url: https://www.riau.go.id/s-4117
Jum'at, 20 Jul 2018

WHO Menemukan bahwa 24 % pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan primer memiliki diagnosis gangguan jiwa yang sering ditemukan antara lain depresi dan cemas.

Di Indonesia saat ini gangguan jiwa menduduki nomor dua terbesar penyebab beban disabilitas akibat penyakit YLD (Years Lived with Disability). Depresi sendiri merupakan peringkat ke-delapan penyebab beban utama akibat penyakit berdasarkan DALY’S (Disability-Adjusted Life Years).

Menurut The Global Burden of Disease Study usia terbanyak yang dipengaruhi adalah usia produktif antara 15-45 tahun. Disamping itu masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan dampak sosial antara lain meningkatnya angka kekerasan baik dirumah tangga maupun dimasyarakat umum, bunuh diri, penyalahgunaan napza, dll.

Melihat hal tersebut perlu diantisipasi, oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau adakan Pelatihan Deteksi Dini Gangguan Jiwa Bagi Dokter dan Perawat Puskesmas bertempat di Hotel Grand Jatra Pekanbaru selama 5 hari dari tanggal 16 sampai dengan 21 Juli 2018.

Deteksi Dini adalah langkah awal penting yang akan membawa orang sakit mendapatkan pertolongan medis. Semakin cepat suatu penyakit  dalam hal ini gangguan jiwa, terdeteksi akan semakin cepat proses diagnosis didapatnya dan semakin cepat pula pengobatan dapat dilakukan sehingga diharapkan akan memotong perjalanan penyakit dan mencegah disabilitas.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Dra. Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM sebelum membuka pelatihan mengatakan dalam kata sambutannya “Dokter dan Perawat memegang peranan penting dalam deteksi dini, posisi mereka strategis karena dengan mengenali adanya tanda dan gejala gangguan jiwa pada pasien yang datang kepadanya akan membuat mereka menangkap kemungkinan adanya gangguan jiwa yang dapat terdiagnosis”. Ujarnya

“Harapan saya, tim yang mengikuti pelatihan ini dapat melakukan deteksi dini gangguan jiwa di masyarakat dan dapat melakukan penatalaksanaan kasus gangguan jiwa di Puskesmas dan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya.”