close× Telp +62 761 45505
close×

Index Berita

Wah! Dari 202 Penderita HIV Di RSUD Arifin Achmad, 81 Diantaranya Lelaki Seks Lelaki

Politik dan PemerintahanShort url: https://www.riau.go.id/s-4398
Senin, 24 Sep 2018

dr. Silvia Indriani, Kepala UPK RSUD Arifin Achmad. 


Unit Pelayanan Khusus (UPK) RSUD Arifin Achmad periode Januari – Agustus 2018 menangani kasus baru 202 orang positif HIV, baik datang sendiri atau rujukan. Parahnya, dari total tersebut, terbanyak dari kelompok resiko LSL (Lelaki Seks Lelaki).

Kepala UPK RSUD Arifin Achmad, dr. Silvia Indriani, menjelaskan, kasus Lelaki Seks Lelaki meningkat tajam dalam dua tahun terakhir. “Jadi tidak hanya sekedar suka sama suka, tetapi sudah melakukan seks,” kata dr. Silvia.

Uniknya, penderita HIV dengan kasus Lelaki Seks Lelaki ini hampir dari semua kalangan. Mulai dari mahasiswa, umum, hingga aparatur sipil negara.

“Jadi orangtua harus benar-benar mengawasi anak-anaknya. Jangan anggap dia hanya berteman dengan laki-laki itu sudah pasti aman. Karena kasus LSL ini sudah sangat banyak yang kita tangani,” jelas dr. Silvia.

Parahnya, kata dr. Silvia, menurut penelitian kasus LSL ini, hanya 20 persen yang bisa mengubah orientasi seksnya. “Paling sekitar 20 persen yang bisa diluruskan, sisanya paling lama sampai tiga bulan, setelah itu kembali lagi ke kebiasaan buruk ini,” kata dr. Silvia.

Baru setelah itu kasus dari kelompok resiko Heteroseksual (pelanggan dan WPS).

Tak bosan-bosan dr. Silvia mengingatkan kepada masyarakat agar berpikir terlebih dahulu baik dan buruk dalam melakukan sesuatu. Contoh melakukan seks di luar nikah atau melakukan seks dengan pasangan yang tidak sah, agar terhindar dari penularan infeksi HIV/AIDS.

“Dan jika memang sudah beresiko, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke layanan VCT Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Lakukan prosedur dan saran dari dokter yang ahli di bidangnya,” kata dr. Silvia.

“Di samping itu hal yang terpenting adalah memperkuat iman. Jika iman sudah kuat, godaan apa saja Insha Allah bisa dikendalikan. Itu jelas edukasi dari rumah. Beri anak pemahaman tentang bahaya HIV,” kata dr. Silvia. ***