close× Telp +62 761 45505
close×

Index Berita

BNPB: 99 Persen Kebakaran Hutan Karena Sengaja Dibakar

Politik dan PemerintahanShort url: https://www.riau.go.id/s-295
Rabu, 17 Sep 2014

Rabu, 17/09/2014 12:32 WIB Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membeberkan data mengerikan terkait kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. 99 Persen kebakaran hutan karena sengaja dibakar dan mereka tetap melakukannya meskipun musim hujan. "Selama Februari hingga Juli, hotspot yang terjadi lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, pembakaran juga dilakukan saat musim penghujan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jl Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (17/9/2014). Pola hotspot yang terjadi di Sumatera selalu menunjukkan peningkatan signifikan di bulan Juni-Oktober, untuk Kalimantan terjadi di bulan Agustus-Oktober. Khusus di Riau, hotspot meningkat pada bulan Februari-Maret dan memicu bencana asap. "Bencana kebakaran hutan alami terbesar di Indonesia terjadi saat El Nino tahun 1997 lalu. Tapi sekarang 99 persen penyebabnya karena dibakar dan 70 persennya terjadi di luar kawasan hutan," ujar Sutopo. Dampaknya seperti kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan, politik, kesehatan dan lainnya tak terhindarkan. Salah satunya seperti kerugian ekonomi dari kebakaran hutan di Riau mencapai Rp 20 triliun, 2.398 hektar cagar biosfer terbakar, 21.914 hektar lahan terbakar, 58.000 orang terserang gangguan pernapasan, belum lagi para pelajar yang kegiatan belajar mengajarnya terganggu. "Belum lagi protes dari pemerintah Singapura karena jutaan masyarakatnya terpapar oleh asap. Padahal antisipasi lebih efektif daripada pemadaman," ujar Sutopo. "Selama Agustus 2014, cuaca makin kering dan potensi terbakar mudah terjadi. Adanya pembakaran dengan sengaja menyebabkan api makin tak terkendali dan mimpi buruk ini masih bisa terjadi hingga puncak kemarau Oktober 2014 nanti," tambahnya. Titik panas kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan masih bertambah hingga bulan September 2014 ini. Seperti tanggal 13 September kemarin, titik panas keseluruhan terpantau sebanyak 351 titik, tapi pada tanggal 15 September menjadi 1.694 titik. "Kurang dari 2 hari, berdasarkan pantauan satelit MODIS, dari 300 titik panas menjadi 1.600 lebih titik panas," ujar Sutopo. Tentu saja ini belum termasuk data flora dan fauna yang menjadi korban kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimanantan. Walau BNPB tak memiliki data flora dan fauna yang menjadi korban, tapi dunia internasional memperhatikan pemerintah Indonesia menangani bencana satu ini.