Index Berita
Riau "Masih Siaga" Banjir
Senin, 24 Nov 2014
24 November 2014 - 08.18 WIB
Sebagian wilayah di Indonesia baru memasuki musim hujan. Berbeda dengan
daerah Riau yang telah memasuki puncak musim hujan 2014. Beberapa daerah
di nusantara kedatangan “tamu’ tahunan: banjir. Tak terkecuali di
daerah Riau.
Curah hujan yang tinggi dan adanya air pasang (rob)
hanyalah faktor dari alam penyebab terjadinya banjir. Sementara banyak
faktor dari manusia (antropogenik) yang dapat mempengaruhi terjadinya
banjir. Faktor-faktor antropogenik itu berpengaruh terhadap bisa
tidaknya air hujan mengalir dengan lancar. Secara alami, air hujan yang
turun ke tanah akan mengalir sesuai kontur tanah yang ada ke arah yang
lebih rendah.
Faktor-faktor antropogenik yang paling berpengaruh
terjadinya banjir yaitu perubahan tata guna lahan, penyumbatan oleh
sampah yang dibuang sembarangan, keberadaan kawasan kumuh di sepanjang
sungai, pengaruh dari penurunan tanah akibat tingginya pembangunan,
serta tidak berfungsinya bendungan atau bangunan pengendali banjir.
Faktor-faktor inilah yang seharusnya dikaji ulang sebagai langkah
penanggulangan bencana banjir.
Informasi Belum Digunakan Secara Maksimal?
Jika
saja kita mau memanfaatkan informasi dengan benar, mungkin saja
kejadian banjir yang merendam ratusan rumah di Desa Tandun, Kabupaten
Rohul, tidak separah itu. Sebab, sejak Agustus 2014 Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis “Prakiraan Musim Hujan
2014/2015 di Indonesia†dan “Peta Daerah Potensi Banjir†di seluruh
Indonesia. Melalui rilis BMKG ini telah disebutkan bahwa, beberapa
daerah di Riau berpotensi banjir termasuk daerah Desa Tandun.
Belajar
dari kejadian yang telah ada, maka perlu mengantisipasi terjadi bencana
hidrometeorologis berikutnya baik banjir maupun longsor. Daerah mana
saja yang masih memiliki potensi banjir hingga Desember 2014 nanti?
Berdasarkan rilis yang BMKG keluarkan, berikut daerah-daerah di Provinsi
Riau yang masih memiliki potensi banjir kategori “menengah†hingga
Desember nanti : Bangkinang, Bangko, Batang Tuaka, Bengkalis, Bukit
Ratu, Bukit Kapur, Bukit Raya, Cerenti, Dumai Barat, Dumai Timur, Gaung
Anak Serka, Kampar, Kampar Kiri, Kateman, Kepenuhan, Kuala Indragiri,
Kuala Kampar, Kuantan Hilir, Kuantan Mudik, Kuantan Tengah,
Kuntodarussalam, Mandah, Mandau, Pasir Penyu, Peranap, Rambah, Rengat,
Rokan IV Koto, Rumbai, Rupat, Sail, Seberida, Siak Hulu, Singingi,
Tampan, Tandun, Tembilahan, Tembusai, dan XIII Koto Kampar.
Untuk
meminimalisir potensi kerugian akibat bencana hidrometeorologis pada
puncak musim hujan kali ini, maka sudah selayaknya semua pihak
(masyarakat dan pemerintah daerah) mengambil langkah antisipatif secepat
mungkin. Kita tidak ingin banyak harta yang hilang, kita juga tidak
pernah berharap ada nyawa yang melayang akibat kemungkrahan alam yang
sudah tidak bersahabat.
Tidak Ada Kata Terlambat
Informasi
dari instansi terkait ada baiknya dimanfaatkan untuk langkah-langkah
antisipatif meliputi adaptasi dan mitigasi bencana hidrometeorologis.
Seperti BMKG memberikan pelayanan informasi cuaca hingga peta-peta
potensi bencana banjir yang dapat diakses secara langsung melaluli
website resminya www.bmkg.go.id. Setelah mendapat informasi tersebut,
banyak hal yang dapat dilakukan, seperti pemerintah daerah dan
masyarakat harus memperhatikan bangunan pengendali banjir (bendungan/dam
atau sumur resapan) serta kondisi sungai.
Kerja bakti di
sekitar lingkungan sejak dini merupakan salah satu langkah yang dapat
ditempuh. Hal ini dapat dilakukan di hari libur bagi warga yang padat
akan aktivitas. Membuang sampah pada tempatnya adalah hal yang mudah
dilakukan, namun sering dilupakan. Ini merupakan bukti masih kurangnya
kesadaran kita terhadap lingkungan. Program 3M harus digalakkan lagi,
selain bisa mencegah penyakit DBD, program ini juga bisa mencegah
genangan atau banjir.
Dalam banyak kasus bencana banjir dan
longsor, sering kali curah hujan tinggi, cuaca ekstrem selalu
dikambinghitamkan. Namun, kitapun tak bisa menutup mata, bahwa semua ini
akibat rusaknya keseimbangan alam. Salah satunya akibat perbuatan
manusia semisal illegal logging (pembalakan hutan). Sudah sepatutnya
kita menyadari bersama untuk segera menghentikan secara total praktik
illegal logging. Sadar atau tidak sadar kita akan mewarisi bencana yang
terus menerus kepada anak cucu kita akibat praktik haram ini.