Index Berita
Riwayat Hidup Soeman HS
Jum'at, 23 Jan 2015
Soeman Hs atau Soeman Hasibuan adalah Sastrawan Melayu Riau asal
Tapanuli yang digolongkan sebagai sastrawan dari Angkatan Balai Pustaka.
Beliau dilahirkan di Desa Batantua, Bengkalis, Riau, Indonesia, pada
tanggal 4 April 1904 dari pasangan bapak Wahid atau dikenal Lebai Wahid
Hasibuan, dan ibu Tarumun Pulungan, yang mana kedua orangtuanya berasal
dari Desa Hutanopan, Kecamatan Barumun, Tapanulis Selatan. Soeman Hs
adalah anak ketiga dari enam orang bersaudara, yaitu Raman (sulung),
Riban, Abdurrachim, Hamzah dan Juma’at (bungsu). Ayahnya, Wahid
Hasibuan, termasuk keturunan bangsawan yang pernah menjadi kepala adat
(Kuria) dan guru ngaji (lebai).
Soeman HS
Dalam usia tujuh tahun tepatnya pada tahun 1912, Soeman Hs memulai
pelajarannya di Sekolah Melayu Gouevernement Inlandsch School (GIS)
yaitu sekolah sederajat SD (Sekolah Dasar) dan menamatkannya pada 1918.
Setelah itu, beliau mengikuti ujian masuk Normaal Cursus (Sekolah Calon
Guru) di Medan. Dari 24 orang peserta, Soeman Hs yang menempati juara
ke-4 dari 6 orang yang diterima termasuk. Beliau mendapat bantuan
beasiswa dari pemerintah Belanda sebesar Rp.4 perbulan selama beliau
menempuh pendidikan di Sekolah Calon Guru tersebut. Tahun 1920, ia telah
menyelesaikan pendidikannya di Normaal Cursus, kemudian melanjutkan ke
Normal School (sekolah guru yang sebenarnya) di Langsa, Aceh Timur dan
tamat pada tahun 1923.
Soeman Hs kembali ke Batantua begitu menyelesaikan pendidikannya di
Normal School Langsa. Kemudian setelah tiga bulan di Batantua, ia
diangkat menjadi guru Bahasa Indonesia di HIS (Holland Inlandsch School
yaitu sekolah Belanda) di Siak Sri Indrapura. Setelah 7 tahun mengabdi
menjadi guru, pada tahun 1930, beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah
Melayu dan Penilik Sekolah di Pasir Pengarayan. Pada saat Menjelang
Kemerderkan RI tahun 1945, beliau kemudian ditunjuk menjadi ketua KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) di Pasir Pengarayan. Pada tahun 1946
semasa masih menjabat Ketua KNIP, beliau diangkat menjadi Anggota DPR di
Pekanbaru Riau. Kemudian tahun 1948, ketika Yogyakarta diduduki
Belanda, ia diangkat menjadi KPG yaitu Komandan Pangkalan Gurilla Rokan
Kanan.
Kepala Jawatan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kabupaten Kampar,
Pekanbaru dijabat oleh beliau sejak tahun 1950 yang berakhir tahun 1960.
Baru saja memasuki masa pensiun, tahun 1961, Soeman Hs diangkat menjadi
anggota BPH (Badan Pemerintahan Harian) merangkap sebagai kepala Bagian
Keuangan di Kantor Gubernur Riau oleh Gubernur Riau waktu itu,
Kaharuddin Nasution. Soeman Hs masih menjabat Ketua Umum Yayasan Lembaga
Pendidikan Islam (YLPI) Daerah Riau dan Ketua Yayasan Setia Dharma
sampai tahun 1998.
H Soeman HS
Ketika masih belajar di Sekolah Melayu, Soeman Hs mulai menggemari
sastra. Sebagai usaha mengembangkan bakatnya dalam bidang sastra, beliau
sering mengikuti pembicaraan ayahnya dengan para saudagar yang datang
ke rumahnya tentang kehidupan di Singapura. Dari pembicaraan tersebut,
ia kemudian banyak berkhayal dan memperoleh banyak inspirasi, serta
beberapa bahan cerita. Selain itu, ia juga banyak memperoleh inspirasi
dengan banyak membaca buku di perpustakaan. Dua buku yang diminati
ketika itu, Siti Nurbaya karya Marah Rusli dan Teman Duduk karya M.
Kasim. Kepengarangan Soeman Hs juga muncul berkat dorongan dari gurunya,
M. Kasim, yang sering menceritakan pengalamannya menulis.
Tulisan-tulisan Soeman Hs telah dimuat dalam majalah ibukota maupun di
beberapa harian lainnya. Di harian Indonesia Raya ia tercatat sebagai
penulis tetap, dan di majalah Harmonis, Jakarta (1977-1978) ia khusus
mengisi kolom Menyelami Bahasa Indonesia. Di antara tulisannya yang
pernah dimuat dalam kolom tersebut, yaitu: Senyum dan Tawa, Kalau Hari
Panas Lupa Kacang Akan Kulitnya, Marilah Kita Bersikap Hidup Sederhana,
dan lain-lain. Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh ruang siaran
Pembinaan Bahasa Indonesia di Stasiun RRI Pekanbaru yang ditayangkan dua
kali seminggu. Pada tahun 1972, ia sempat menerbitkan sebuah majalah
anak-anak bernama Nenek Moyang, meskipun hanya beberapa kali terbitan
karena kesulitan dana.
Soeman Hs meninggal dunia pada hari Sabtu 8 Mei 1999 di rumahnya, Jl.
Tangkubanperahu, Pekanbaru dalam usia 95 tahun. Ia meninggalkan seorang
istri bernama Siti Hasnah dan 9 orang anak yakni Syamsul Bahri (sulung),
Sawitri, Syamsiar, Faharuddin, Mansyurdin, Burhanuddin, Najemah Hanum,
dan Rosman (bungsu), serta sejumlah cucu dan cicit.
Pemikiran Soeman HS
Berkaitan dengan dunia kesusastraan, Soeman Hs memiliki pandangan tersendiri, yaitu:
Hakekat kesusastraan adalah untuk masyarakat. Karena bagaimanapun
baiknya sebuah karya puisi, kalau sukar dimengerti akan menjadikan karya
tersebut tidak dekat dengan masyarakat.
Dalam menulis sebuah novel, ia selalu memakai nama-nama asing dalam
setiap novelnya, karena ia ingin mendobrak adat yang kaku. Untuk
menggambarkan hal ini, sengaja ia pilih tokoh orang asing agar lebih
mudah diterima jika melawan adat. Ini adalah salah satu strategi
kepengarangan, agar cerita dalam roman tersebut bisa diterima. Selain
itu, judul pada setiap karya juga harus menarik. Sebagai contoh,
Percobaan Setia. Menurutnya, judul ini menarik, karena seseorang yang
sudah setia masih terus dicoba.
Dalam karya Kasih Tak Terlerai, ia tampak lebih banyak berbicara
langsung dari pada memberi hidup pada tokoh-tokohnya. Dengan gaya
tersebut, terasa kepada kita suatu pemaksaan kepada tokoh-tokohnya untuk
hidup. Dengan demikian memaksa pula terhadap pembaca untuk mempercayai
segala gerak mereka.
Sumber : http://gunawanyudihandoko.blogspot.com