close× Telp +62 761 45505
close×

Buku "100 Tahun Cerpen Riau" Segera Diluncurkan

Jum'at, 07 Nov 2014 | 2256 kali dilihat

PEKANBARU: Sutrianto Az-Zumar Djarot, Fedli Aziz dan Yoserizal Zen akan meluncurkan buku "100 Tahun Cerpen Riau", Senin (10/11) mendatang. Buku setebal 800 halaman ini memuat 100 cerpen dari 100 cerpenis Riau.

Sutrianto, dalam rilisnya, Jumat (7/11/14) mengatakan enurut rencana akan diluncurkan hari Senin, 10 November 2014 di Hotel Mutiara Merdeka Hotel, Pekanbaru.

Dia mengatakan sebenarnya buku 100 Tahun Cerpen Riau ini merupakan edisi revisi dari buku Satu Abad Cerpen Riau yang terbit 2004 lalu. Buku Satu Abad Cerpen Riau sendiri diterbitkan oleh Yayasan Sagang, sementara untuk edisi revisi ini diterbitkan oleh Dinas Periwisata dan Kebudayaan Provinsi Riau.

Kendati buku 100 Tahun Cerpen Riau ini merupakan edisi revisi, namun kata Sutrianto, materinya 100 persen berbeda dengan buku Satu Abad Cerpen Riau. "Temanya saja yang sama, yaitu tema satu abad, tetapi materinya beda sama sekali. Dalam buku 100 Tahun Cerpen Riau ini memuat 100 cerpen dari 100 orang cerpenis, sementara dalam buku Satu Abad Cerpen Riau hanya memuat 63 cerpen dari 63 cerpenis," tambahnya.

Buku 100 Tahun Cerpen Riau ini, kata Sutrianto, lebih lengkap dan informative. Misalnya, dalam buku ini dicantumkan sumber cerpen secara detail dan riwayat pengarangnya. "Kita berharap buku ini betul-betul bisa menjadi rujukan dalam melihat peta sastra, terutama cerpen di Riau," kata dia.

Tema 100 tahun diambil berdasarkan tahun kelahiran "Bapak Cerpen Modern Indonesia" yaitu Soeman Hs, yang kebetulan adalah orang Riau. Soeman Hs lahir di Desa Bantantua, Bengkalis, Riau, pada 4 April 1904.

"Jika diambil dari tahun lahir Bapak Soeman Hs, sebenarnya sudah lewat satu dasawarsa. Tetapi tema satu abad tetap tidak akan kehilangan momen karena proses kreatif Bapak Soeman Hs ketika dia berusia di atas 20 tahun," tambah Sutrianto.

Buku ini, lanjutnya, merepresentasi perjalanan sejarah satu abad sastra cerpen di Riau. Dimulai dari Soeman Hs hingga cerpenis termuda yaitu Wiska Adelia Putri, yang masih berusia 13 tahun. Juga tergambar dalam buku ini bagaimana jatuh-bangun sastrawan Riau, khususnya sastrawan cerpen, dalam proses kreatifnya.

Sutrianto menuturkan, tradisi penulisan cerpen di Riau baru betul-betul booming setelah di atas tahun 1990. Sebelumnya, antara kelahiran Soeman Hs hingga tahun 1990, Riau hanya mencatatkan tidak lebih dari 20 orang cerpenis.

Tetapi sejak tahun 1990-an, terutama sejak terbitnya surat kabar harian Riau Pos yang memberi ruang cukup terbuka bagi cerpenis Riau, jumlah pengarang cerpen di Riau meledak di atas angka 150 orang.

"Ini lompatan yang luar biasa, dan ini sebenarnya potensi yang juga sangat besar dalam tradisi bersastra di tanah Melayu," katanya.

Sutrianto berharap, dengan terbitnya buku ini, akan semakin memacu dan menambah semangat sastrawan Riau untuk terus berkreativitas. "Saya berharap mereka, terutama yang muda-muda, berkarya lebih ekspresif lagi, dan jangan hanya bermain di local saja, tetapi harus bisa bermain di laman nasional," katanya.

Pada acara peluncuran buku 100 Tahun Cerpen Riau yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau ini, tambpil sebagai pembicara Sutrianto sendiri sebagai editor, lalu dua cerpenis senior, yaitu Taufik Ikram Jamil dan Fakhrunnas MA Jabbar.

Taufik akan berbicara tentang bagaimana seorang sastrawan di daerah ini bisa membangun jaringan secara nasional, bahkan internasional, sehingga karya-karya mereka bisa menyebar luas. Sementara Fakhrunnas MA Jabar akan berbicara bagaimana seorang sastrawan bisa "berumur panjang".(rgi/ad)