close× Telp +62 761 45505
close×

SKK MIgas Sumbagut Belum Tahu Siapa Bakal Mengelola Blok Siak

Jum'at, 18 Okt 2013 | 2820 kali dilihat

PEKANBARU: Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus (SKK Migas) Bahari Abas mengaku secara prosedur tidak memiliki hirarki dalam proses penunjukan siapa  nantinya yang akan mengelola Blok Siak tersebut. Sepenuhnya, merupakan kewenangan dari Kemen ESDM. Namun begitu, Bahari berharap kontrak PT Chevron Pacific Indonesia yang  segera akan berakhir pada November mendatang, dapat diketahui siapa yang akan mengelolanya.

Sebab, idealnya penunjukan siapa pengelola Blok Siak itu memang sudah dilakukan sebelum kontrak berakhir. Sementara, PT Chevron Pacific Indonesia sebagai pengelola dengan  memiliki tenaga sumber daya manusia dan perlatan yang sudah bagus, tetap tidak akan ada jaminan lagi untuk diperpanjang.

"Saya belum mendapatkan informasi siapa yang akan mengelola, apakah dilanjutkan Chevron atau memang ada BUMD Riau yang ditunjuk. Saya tidak dalam kapasitas  memihak, tetapi memang sebelum habis kontraknya harusnya ada kepastian," terang Bahari.

Ketika ditanya, apakah SKK Migas akan mengkomunikasikan langsung ke Kemen ESDM nantinya. Bahari menyatakan tidak, karena bukan kewenangannya. Namun sebagai bahan pertimbangan, SKK Migas memang memiliki kepentingan. Karena bagaimana pun SKM Migas juga memahami bagaimana track record sebuah calon  perusahaan pengelola, yang akan bertanggung jawab mengelola ladang minyak.

Salah satu bahan pertimbangan Kemen ESDM memutuskan jika memang mengarah pada perusahaan daerah, yakni sejauh mana kinerja dua BUMD di Riau dalam  mengelola ladang minyak yang sebelumnya sudah dipercaya pusat. Seperti SPR dan BSP.

Untuk BSP, meski terjadi penurunan jumlah barel dibanding saat dikelola Chevron dulunya. Tetapi dengan semangat untuk terus menambah kuantitas barel bisa jadi  pertimbangan. Misalnya dari 40 ribu barel awalnya, turun menjadi 16 ribu barel kemudian meningkat 17 ribu barel, 18 ribu barel kemudian turun lagi menjadi 16 barel.

Sementara SPR awalnya dari 300 ribu barel naik jadi 700 ribu barel, kemudian turun lagi jadi 500 ribu barel.

"Untuk Pemda, sudah ada yang terbukti berjalan yakni BSP, dari 40 rib turun jadi 16 ribu, naik jadi 17 kemudian 18 sekarang turun lagi jadi 16. Artinya BSP sedang berupaya meningkatkan. Bagaimana caranya dia meningkatan, inlah salah satu yang kita perhatikan. Yang jelas ada upaya," papar Bahari.

Bahari percaya pengeboran minyak oleh Chevron di Blok Siak yang saat ini mencapai 2000 barel perhari akan dapat dimaksimalkan lagi. Bahkan menurutnya, masih ada potensi sumber ladang minyak baru di wilayah kerja Blok Siak yang belum dimanfaatkan.

Karena itu juga, calon perusahaan pengelola akan diuji apakah mampu melakukannya. Untuk mewujudkannya tentu saja harus ada sumbe daya manusia yang mumpuni.

Kemen ESDM tentu akan berpatokan, pada hal itu. "Kalau jumlah cadangan barel tersisa saya tidak tahu. Tapi saya yakin masih ada areal lain di sekitar wilayah kerja itu,  tinggal bagaimana mencarinya. Inilah harusnya orang yang ahli, saya berkayakinan masih bisa dinaikan," ungkap Bahari. (rgi/mtr)